Saturday 14 September 2013

Mozaik 1

Oleh Yusuf Tri Anggara · 14 Agustus 2013

Isana Syalibsa

Hujan rintik-rintik mengisi galau gue, akankah gue tetep jadi pecundang maho selama hidup gue bersama Johan Alif Ivansyah, temen sehidup sekonslet. ‘Lif, ke koprasi yuk’, ‘Lif, ke perpus yuk’,’Lif, bisnis cd bokep yuk’, ‘Lif, temenin gue ke Jeding yuk. Sekalian cebokin,’. Saat itu gue cuma punya satu sohib dan Alif-lah yang bersedia jadi pasangan homo gue. Terpikir sesaat untuk pacaran sama dia, tapi gue takut jadi korban sadomasokis melihat sifat Alif yang rela membunuh demi mengintip nenek-nenek mandi di kali. Neneknya sih exhibist parah. Gak, cuma bercanda kok.
 

Lalu, semua kegalauan sirna setelah bu KEPSEK mengobrak-abrik anggota kelas. Yang puluhan di pindah ke kelas 6A atau C dan yang lain masuk kelas gue, kelas B. Kelas gue jadi tambah seru akibat penyatuan SD Kepatihan 1,2,3 ini. Lalu… Gue melotot pada seorang gadis cantik jelita yang ternyata jadi calon korban kehinaan serta kenistaan gue yang punya muka marketplace alias muka pasaran kalau malu dibilang buruk rupa. Berhari-hari gue mencari siapa namanya, mencari siapa nama bapaknya atau tepatnya calon mertua di masa mendatang, mencari siapa yang diharapkannya bersanding dipelaminan dan juga mencari tahu-tempe. Jangan heran, pikiran gue udah kayak gitu pas SD karena sering nemenin Nyokap nonton sinetron. Yang paling terkenal Cinta Fitri kalo gak salah, dan saat itu masih season 1. #Sinetron sinting tau gak? Ampe season 7 kaya gitu, bertahun-tahun lagi.

Kembali pada persoalan betapa cantiknya gadis ini, dan persoalan ini seringkali gue bahas sama Alif pas ngerjain pr bareng di sekolah. Bisa dibilang itu membaca jawaban orang kalau gak mau dikatain nyontek. ‘Suf, Isana cantik ya,’ ucap Alif mesam-mesem pake muka mesum sambil nyontek kerjaan Zaim. Dan saat itu gue tau namanya Isana, nama yang secantik wajah maknya. ‘Ah, elu.. Nadya sama Regina lu taruh di mana. Lu suka?’ jawab gue kaga terima sambil gak sengaja ngelihat cewek exhibist berkeliaran takut-takutin cowok kelas 1 SD dengan te..hnya yang hampir gak keliatan. Gak, gue bercanda. ‘Hehehe, iya..,’ jawabnya masih mesem kayak abis menang lomba makan kerupuk sekampung terus nyebokin(bahasa yang aneh) pak RT. MIYAPAH? Dia suka sama Isana sedangkan gue lagi suka sama Alif, eh? Isana maksudnya.

Pengen rasanya nimpuk Alif pake kursi yang gue dudukin, tapi mustahal melihat gue yang masih bocah dan tak bertenaga. Selanjutnya, gue berpikir melempar Alif ke sungai Bedadung, tapi polisi bakalan tahu siapa pembunuhnya. Gimana enggak, orang guenya nyangkut diculuknya si Alif mengingat tingkahnya yang mirip lutung epilepsi. Bercanda, lif.

It’s perfect time to get her and everything. Pelajaran hari itu ditiadakan. Langsung gue berdiri dengan niatan lompat harimau di depan Isana untuk membuatnya terpukau. Tapi setelah gue pikir-pikir mending lompat harimaunya dari balkon di lantai dua untuk lebih memukau dan keliatan macho. Selanjutnya gue bakar tempat landasan lompat agar keliatan mirip Rambo yang lompat dari markas negara musuhnya, Yuni Sopiet. Kayaknya gue bakalan mati deh, terurungkan niatan gaul itu. Sambil ngakak ngikik gue mendekati Isana yang lagi duduk sama cowok muda umur 12 tahunan, Imandul namanya. Ah, gu’gue khawatir dia bakalan mandul, namanya yang bener Imad kok.

‘Hahaha! Cuwit-cuwit!! ALIF SUKA SAMA..,’ ‘STOP! Suf,  jangan’ teriak Alif disela-sela gue ngakak. #Sorry coy, ini semua gue lakuin hanya untuk membuat gue merasa aman karena mungkin Isana jijik sama lu setelah ini. ‘… Isana..’ kata gue.

Jreng-jreng, Isana udah menampakkan muka-muka aneh. Tapi kenapa bukan tampang jijik? Dia masang muka homo yang barusan bangun dari tempat tidur pasangannya. “Ciyus? Hehehe..” Jelas itu yang ada dipikirannya karena gue udah makan tahu. Mengetahui hal itu, ingin rasanya gue bilang kalau gue juga suka Isana. Tapi koprol harus dilakukan sebagai ritual memalukan itu, yang gak mendingan dari lari-lari keliling kelas sambil buka celana. Setelah itu gue hanya bisa melototin beauty face-nya Isana. Ahh…

Entah mengapa, sulit untuk mengambil apa yang bukan hak gue. Isana would you give me that look? Like Fitri does for Farel in Cinta Fitri Cinema... Ngimpi kali! Lagi pula setelah itu temen-temen tau gue juga suka Isana berkat gue yang gak tahan sama nafsu masa SD untuk membuatnya tahu perasaan ini (bocah banget), semua tahu termasuk Isana. Isana pun menghargai perasaan ini dengan berbuat seperti tidak ada apa-apa, seperti  cewek bunting yang malu dan berakhir jadi bloon atau pura-pura amnesia.

Waktu terus berjalan meraungi hidup nista ini, saat itu sampai pada semester akhir menjelang UN dan UP(Ujian Praktikum). Gue duduk di bangku di depan Isana. Bu guru yang baik hati dan tidak sombong lagi memotivasi siswa kelas kami yang ternyata lebih bloon daripada siswa kelas lainnya agar tidak gagal dalam UN. Maklum, hanya kelas kita yang suka banget belajar kelompok di WC umum.

“Jadi anak-anak, contohlah teman kalian – Adzka – sehingga kalian bisa lebih maju dan membanggakan bagi sekolah dan orangtua kalian” kata bu guru.
            “Eh, Adzka itu pinter ya? Temen kamu kan?” Tanya Isana kepada pasangan (lesbian-nya) sebangku.
            “Iya, anak itu pinter banget. Dia udah berkali-kali menang olimpiade mipa,”
            “Gila, hebat,” “Kenapa suka?” “Hehe,”
            Jreeng-jreeng!! Deg-deg, deg-deg. Kenapa? Kenapa ini harus terjadi! Setelah Alif ada Adzka? Oh, Goat! Sheep! Bank! It’s.. (baca aja yang bener)

Rasanya saat itu putus asa, ingin sekali mengakhir hidup itu. Timbul secercah harapan, kalau Adzka pinter kenapa gue enggak. Gue memulai hidup baru, mentargetkan olimpiade udah telat tapi gue masih bisa jadi yang terbaik di UN. Jangan salah dulu gue jelek mirip lutung yang lebih epilepsy dari Alif tapi gue siswa yang nyaris teladan loh. Meskipun gue sering dapet nilai NOL saat kelas 3 karena males ngerjain pr (lebih tepatnya gue lebih suka ngebakar buku gue lalu gue minum sebagai jamu pinter(akibat nonton sinetron), dan akhirnya gue gak ada buku untuk dikerjain). Lagi pula gue harus meneruskan langkah kakak-kakak gue yang alumni salah satu SMP unggulan di Jember.

            _____________---________________---____________---___________________

Saat pengumuman UN dan perpisahan. Gue sial banget! Belakangan gue masuk rangking 10 besar di Try Out UN, tapi yang gue dapetin adalah kalah saing. Ya, gue malah jadi begini. Gue gak bisa menyalahkan takdir, gue terlalu suka koproll untuk Isana. Gue terlalu suka lompat harimau untuk Isana. Yah, gak apa-apa. Saat perpisahan yang terpenting gue dapet kado atau kenang-kenangan manis dari gadis yang gue suka. Isana dengan lantang dan penuh emosi membacakan lirik-lirik puisi indah tapi nista.,
Gue nangis.. Bayangin mata gue hampir berair alias berkaca-kaca. Sebenernya sih puisinya jelek, tentang air dan kegunaannya(nista banget) tapi karena yang baca Isana gak ada alasan untuk gak terharu. Dan gue heran sama yang lain, mereka nangis bukan karena Isana tapi karena puisi air? Ngakak deh sampe kepecirit.



Isana, everything I do just for you at that time, I jumped in front of the train for ya(kok malah mirip Bruno Mars sih?) Intinya, saat-saat itu gue sungguh.. sungguh.. Ah, males ngetik. Lanjut di seri berikutnya ya coy! Baca terus punya GUE!!!





Ingat! Membaca paragraf di atas bisa menimbulkan pedofil di wajah anda!



Yusuf Tri Anggara

0 comments:

Post a Comment